Minggu, 21 Juni 2015

Sajak Untuk Rakyat Kepada Kaum Parlemen Munafik


Aku masih di disi, menatap hampa dalam kekosongan jiwa, membisikan lelah tentang cerita sajakmu kemarin. Sekedar ingin menorehkan kata-kata dalam jiwa yang semakin larut dalam guncangan hebat.  Overmacht” Ahh.. Sudahlah aku tak mau berdebat soal hukum dalam carik kertas ini aku kurang paham.
Akhir-akhir ini katanya demokrasi kita sedang galau gara-gara politik? Benarkah itu? Aku tahu tapi lebih baik mengaku tidak tahu karena aku membaca sajakmu. Dalam mimpi ketika malam menjelma bak malam kegelapan di mana kau? Yang ku lihat hanya sajakmu yang menerangi dari kegalauan para politisi bedebah itu.


Para politisi-politisi itu seakan membela kepentingan rakyat, tapi rakyat Negera mengeluh atas keputusan mereka, aku jadi bingung rakyat yang mana?

Terlihat jelas kawan keputusan itu atas emosional, emosi yang mengebu-gebu dari pihak opisisi yang merasa disingkirkan koalisi. Taktik politik mereka tak lebih dari meniru cara pemasaran sales yaitu kejar target produk undang-undang, beruntunglah dan mulialah mereka yang sebagai sales karena mereka yang diparlemen dan berdasi atas nama kemunafikan hina.

Mereka berteriak lantang atas nama rakyat ideologi, tapi apakah mereka dalam sikap dalam sikap dan tingkahnya sesuai dengan ideology yang diteriakan?

Mungkin Pancasila dan Founding Father’s sedang menangis melihat ini.

Tak apalah, rakyat emang harus jadi korban saat mereka koalisi dan opisisi saling jegal kita rakyat hanya bisa menatap, melawan tanpa kenangan, atau melawan dalam kenangan.
Salam untuk rakyat!

Palembang 29 September 2014

-        
-          Penulis : Olan

Tidak ada komentar: