Kamis, 10 Juli 2014

Ibu Pertiwi lagi dimasa Kelam




(Aku pemandang, pengelihat, dan ingin berjuang)

Memandang  salinan kisah usang, harkat dan martabat tak lagi terpegang, kekuasaanlah yang membasmi dan mengahancurkan, jalan pikiran tidak lagi bergerak apalagi memberontak, masih terlalu lama dan terlalu cepat jika kita bertindak tanpa adanya Uang, kekuasaan dan kemunafikan, berjuang dengan keidealisan? Akan hanya tersingkir, sistemnya tidak mengizinkan nasionalisme, dan idealisme diterapkan, Pancasila dikangkangi oleh ideologi-ideologi luar yang tak masuk akal tak sesuai dengan jadi diri bangsa, hampa meronta angin gelap menghampiri.

Pasar dan perekonomian dipermainkan oleh tengkulak-tengkulak, antek dari kapitalis, pancasila diterjang oleh liberalisme, menangis ibu pertiwi, mereka Negara imperialis sekehendaknya saja memainkan kebutuhan ekonomi rakyat kecil Nusantara, kedelai tak termakan lagi ubi pun sudah jarang, sang pemimpin hanya terdiam bisu, antek-anteknya berbicara “Ekonomi Negara kita selama dipimpin Bapak sudah maju.” Faktanya apa? Sibusung lapar diujung negeri menangis mengigit putting susu Ibunya yang kering, siAyah yang mencari makan dalam hutan tubuhnya sudah kering diterkam harimau, seenaknya mereka berbicara takdir sementara disenayan dan lembaga-lembaga atas nama Negara lainnya asyik korupsi ria, pesta pora dengan wanita-wanita gratifikasinya mereka lupa Ibunya adalah wanita.[1]
Belum lagi peluang kerja yang semakin sempit, si Badu insinyur pertanian kok malah kerjanya ngamen, ditanya kenapa?Lahan pertanian dinegeri ini sudah habis oleh pembangunan, dan si Braka, sarjana tekhnik jualan pecel, kenapa?Arsitek harus butuh uang banyak dan keluaran universitas luar negeri untuk bisa dipercayai klientnya menggusur lahan pertanian menjadikan kampung elite demi menghilangkan identitas budaya kampung tradisional. Lalu apa lagi, kenapa uang dan kekuasaan menjadi sumber diskriminasi utama,[2] apalagi mereka yang dibawah kolong jembatan tanpa kaki dan tangan mencari uang dan mengiba, tidakkah kau lihat wahai pemimpin, kau berikan bantuan masyarakat miskin antri menerima bantuan itu lalu terjepit kakek Ratiman mati ditempat,[3] malaikat pun bingung harus mencabut nyawanya bagaimana.
Temeram malam meja hijau hukum telah jadi sarang penyamun tempat dimana hukum dijadikan bisnis kepentingan individu dan nafsu serakah dunia buat, buat, buat keadilan hanyalah kiasan dalam sampah yang busuk, uang lagi, uang lagi.
Warga Negara kita yang jadi TKI diluar negeri ditembaki dibunuh, di adili lalu dihukum mati pemimpin pemerintah negeri ini Cuma bilang “Saya turut prihatin.”Sudah belasan tahun reformasi berharap sistem lebih baik tapi apa nyatanya malah memburuk dan suram, langit-langit mendung tak mau memunculkan matahari begitu juga dimana matahari dinegeri ini yang membawa cahaya dan kedamaian bagi kemakmurannya.
Hukum jadi bisnis, ekonomi dimainkan budaya sok-sok kebaratan tidak sadar dengan warna kulit dan warna mata, budaya diklaim Negara lain marah-marah padahal tidak dijaga, barang yang tidak dijaga akan dicuri orang.
Aku jadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Lekang samudra dikuasai minyak oleh asing, diam tak bergeming tatkala digadaikan hasil bumi, kita belum merdeka, kita belum terlalu bebas dan masih terjajah, ekonomi kita dimainkan kaum imperium dunia dengan sadisnya, petani-petani gigit jari.
kriminal mewabah tinggi karena akarnya dari korupsi, dan korupsi jadi penyakit menular yang sulit diberantas, ratusan orang yang tak memiliki pegangan dalam persaingan tersingkirkan, karena yang dibutuhkan adalah uang, kekuasaan, serta kemunafikan adakah jalan dan jawaban atas keadaan ini?
Sebentar lagi sebentar lagi aka nada pemilu, ya pemilihan umum 2014 mereka mulai berlomba-lomba cari muka nempel dimana muka-mukanya, blusukan dan menanam janji-janji yang busuk yang kelak berbuah buah yang busuk dan rakyat memakannya perlahan badan rakyat scuil demi secul terkontaminasi kuman dan lama-lama juga akhirnya mati perlahan, adakah cinta dinegeriku? Ahh..nampaknya cinta nafsu duniawi saja cinta kepada saudara dan bangsanya? Hanya jadi pertanyaan dalam tidurku dan dalam renungku.

Aku jadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Berbicara soal Pancasila?
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa? Tapi kenapa agama harus jadi alat kekerasan dan diskriminasi dalam pekerjaan, si Yanto yang keluar dari perusahaan cabang kapitalis Negara luar, harus dipecat karena agamanya beda dengan agama teman-temannya dikantor?
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab? Apakah ada manusia yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap bangsanya ini ada manusia yang adil dalam sikap dan  tindakannya? Lihat saja si Mince diatas mobil mewahnya sementara iyem di atasi oleh jamu gendongnya, serta adab generasi muda sekarang bagaimana dengan orang tua anak bunuh Ibu, bapaknya kandungnya sendiri.[4]
3.      Persatuan Indonesia? Saling bantai antar suku, saling serang dan hujat antar kabupaten, bentrokan diamana-mana api menjalar dalam tiap demontrasi, gara-gara politik, pendukung antar pendukung padahal saudara rela saling membunuh, aah ini yang lebih ngeri.[5]
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan? Rakyat yang mana yang diwakili disenayan yang berduit seperti hal yang merebak dimedia masa rakyat seperti bunda Putri, hahahaa..ingin sekali tertawa dan melengking mendengarnya, dinegeri ini rakyat mewakili dirinya sendiri.
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? ADIL YANG MANA, digusur dihajar oleh kaum kapitalisme dinegeri sendiri.
Demokrasi Ooohh demokrasi, alam terbuka bebas kau bebas melakukan apa saja tanpa memandang identitas dan kaca sendiri, demokrasi yang tak sesuai pancasila demokrasi yang membangkangi pancasila,.
Pancasila menjadi kiasan dan hanya simbol, symbol Negara yang tanpa ada arti, mungkin founding father’s kita lagi menangis melihat apa yang diwariskannya hanya jadi, sampah yang tak berguna dengan teman-teman dulu berjuang mendapatkan dan mewujudkannya tapi sekarang apa yang diwarisi itu tak dipedulikan, tragis Oooh tragis, mana suara lantang mu Garuda, jangan biarkan ada yang menyobek sayapnya.
      Darah para pejuang 45 dan pejuang-pejuang pahlawan kami megalirlah terus, jangan buat kami kehilangan identitas atas hak Negara ini, kalian para pahlawan telah bersusah payah mendirikan dan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini sementara anak cucumu melupakan itu.
Aku menjadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Ku Pandang langit malam tanpa bintang, aah celakanya lagi tanpa bulan, masuk kerumah seperti biasalah saja dan hidupken televisi, Ooowwh tidak?
Beritanya sama seperti kemaran, korupsi, skandal-skandal kotor, dan calon presiden impian, politik itulah politik bentar lagi 2014, meraka merancang strategi, lobi melobi ah itu sudah biasa.
Strategi  politik busuk yang dimainkan, strategi haram yang dilancarkan saling siram, saling hajar saling bunuh padahal telah bersumpah tiap 28 Oktober, bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Nyatanya bukan akibat politik tak peduli saudara tak peduli kawan semua bisa jadi lawan dan semua bisa jadi kawan yang tanpa ketulusan.
Belum lagi dimedia masa adanya politik dinasti yang melanggengkna keturunan untuk berkuasa dan bercokol dalam sistem politik dinegeri ini, mulai daerah-daerah sampai kepusat semuanya tercium aroma dinasti yang memuakan, dimana kesempatan bagi mereka yang tak memiliki kekuasaan, uang dan kemunafikan untuk terjun kedalam politik negeri ini?

Aaahh Aku hanya jadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Pergonjang-ganjingan dalam negeri ini tak jelas tak seharusnya terjadi, tak seharusnya menderita setelah sudah hampir 70 tahun merdeka merdeka yang dibawah masih merasa dijajah, dijajah kaum sendiri, dijajah kepentingan asing, sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah negeri terkaya didunia tapi SDA nya hampir menyeluruh diolah oleh asing, sumber daya manusia kita mampu kita mengolah SDA kita andaikan pemerintah mau mengerti tapi lebih dimengertikan sikap mereka para pemimpin dalam liang politiknya yang kotor.
Aku jadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Tak tanggung-tanggung korupsi meracuni dari berbagai aspek dinegara ini dari lembaga Agama, Olahraga, Kesehatan, Hukum, sampai masalah konstitusi, akankah ini jadi neraka bagi kami para generasi muda kelak ataukah berubah jadi surgawi dunia yang indah, hanya waktu dan segenap tenaga ini yang akan membuktikan biarkan, biarkan sekarang kami menonton dan suatu saaat andaikata kami berperan maka janganlah akami seperti penjabat-penjabat yang korup, kami sungguh ingn perubahan bukan perbudakan walaupun tak secara kerja paksa, romusha tapi kami merasa diperbodohi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada, berhasilkah pemerintahan ini?
Hanya mereka para penjilat yang dapat bilang BERHASIL!
Aku akan masuk dan berperan jadi tokoh utama dalam tulisan ini,
Semakin kikuk aku menatap akan keadaan bangsaku ini akankah ada perubahan?
semoga saja , dari tiap doa dan kerja keras yakinilah takkan pernah sia-sia, daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, dan kayu yang jadi arang pasti memaafkan api. Biar negeriku sekarang dalam keadaan sepertinya belum terlalu memadai ini tetaplah negeri, negeri yang sangat diinginkan menjadi negeri “gema rimpah loh jinawi” jangan pernah biarkan kelak asing menggerogoti SDA ini, pertempuran ideologi jangan pernah terjadi hanya ada cukup sati ideologi yaitu Pancasila yang jadi perwujudan keadaan dan identitas bangsa, terapkan Pancasila dari diri sendiri agar implikasinya menyuluruh dari sabang sampai merauke terterapkan.
Jangan pernah ada perbedaan pendapat atau pandangan yang buat kita saling menumpahkan darah, ingatlah “boleh darah kita tertumpah asal untuk melawan mereka para penjajah kapitalis” yang buat kita tidak dapat berdiri sendiri, ingat! Kita satu bertumpah darah satu, tanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu.
Itu sumpah kita sebagai pemuda! Pemuda penerus bangsa, pemuda pundak Negara, dan pemuda tempat pelindung pemudi. Tegaskan harapan demi sang garuda terbang mengawang tinggi hingga tercengang penduduk internasional dan Garuda bukan burung perkutut dan sangsaka bukan sarang pembalut, tapi itulah semangat kita tancapkan cakarnya dileher para imperialis dunia yang menguasai impor kita jangan biarkan, dan jangan biarkan mereka menghancurkan kita karena tanah dan air ini hanya untuk kita bangsa Indonesia dan warisan dari moyang kita, warisan dari moyang kita. Padamkan api yang mengugus hutan , hancurkan semak yang menggerogoti pohon kita, pecahkan jantung mereka yang ingin mencoba menjajah dan menghina kita lagi, kita bangsa yang besar terdiri atas beragam budaya yang mebuat itu ibdah adalah keragaman dan bukanlah keseragaman, andai langit itu mendung maka kita bisa mencerahkannya dangan berdoa kepada apa yang tercermin dalam sial ke satu kita, “kita punya Tuhan” jangan pernah takut deangan luberalisme, kapitalisme dan imperialisme yang mencoba masuk dan mengobrak-abrik Pancasila, Nusantara akan meluas lagi.
       Salinan kisah usangan kelak bersinar bak berlian dalam malam yang berkilauan dan ditiupi angin-angin yang memberkati, ombak panti akan membawa pesan burung camar yang terbang bahwa negeri kita tidak usang lagi dan telah menjadi negeri yang subur, negeri yang makmur dan negeri yang memiliki identitas sesungguhnya PANCASILA. Itulah dari pada sebuah harapan, harapan sang intelektual yang masih premature dan penglihat yang sangat miris akan keadaaan bangsa, angin tiupkanlah arwah-arwah penyemangat dan pemberani para pendahulu pahlawan kami dalam ubun-ubu kami agar menjadikan kami kuat tangguh serta melawan atas keputus asaan ini menjadi keoptimisan yang menjadi lambang, lambang harga diriku dan kelak Aku bedoa akan berperan dan berperan untukmu Indonesia dan keadilan tujuan Utama, sebelumnya didahulukan kemakmuran. MERDEKA!


[2] https://www.facebook.com/DennyJAWorld
[3] http://www.tempo.co/read/news/2013/09/04/064510440/Jatah-BLSM-Diambil-Orang-Kakek-Ini-Meninggal
[4]  http://politik.kompasiana.com/2010/05/10/teganya-seorang-anak-bunuh-ibu-kandung-137882.html
[5] http://daerah.sindonews.com/read/2013/08/31/27/777650/dipicu-taruhan-pilkada-2-tewas-8-rumah-dibakar

Tidak ada komentar: