Selasa, 22 Juli 2014

Sampingkan Kepentingan Politik Demi Sila ke Tiga




(M. Maulana KusumaWardhana, SH)
(Pemerhati Sosial)
            Gesekan-gesekan politik yang terjadi sangat memprihatinkan mulai dari fitnah Black Campaign antara salah satu calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) satu ke salahsatunya sangat bertubi-tubi pada waktu sebelum dilaksanakannya Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu, 9 Juli kemarin. Hal ini sangat menciderai Demokrasi. Persaingan-persaingan yang tidak sehat dan dukungan-dukungan eufhoria yang berlebihan akan membuat genting rasa persatuan bangsa yang telah tercipta sejak sebelum zaman kemerdekaan. Bukankah kita berjuang untuk kemerdekaan dulu bersama-sama?

            Selanjutnya, kenapa kita mau diadu domba akan hal yang namanya “Politik.” Berpolitiklah yang sehat yang sesuai dengan kaedah dan cita-cita bangsa jangan utamakan kepentingan politik yang egois yang tidak lagi memperdulikan rasa persatuan, kita samua saudara dan lahir dari rahim yang sama yaitu “Ibu Pertiwi.” Kehidupan berdemokrasi kita memang masih sangat Premature belum terlalu dewasa. Dapat kita lihat dari media masa yang seharusnya Independent dalam suatu pemberitaan politik dan menjadi alat pendidikan politik bagi masyarakat, ini malah saling serang pihak salah satu Capres dan Cawapres lewat saling menjelek-jelekan dan konyolnya Media tersebut dibawah pendukung koalisi para Capres dan Cawapres.
            Dengan menjiwai arti penting kemerdekaan kita bisa sadar akan persatuan kita yang terjalin dalam memeperjuangkan dan memperoleh kemerdekaan secara bersama-sama baik dari golongan muda maupun golongan tua bersatu padu merebut Indonesia dari cengkraman para kolonialis.
Hendaknya kita sadar dalam kegiatan berpolitik harus mengedepankan Pancasila dan asas-asas kebudayaan Negara kita, yang kalah harus Legowo yang menang jangan terlalu senang atau sombong, tidak perlu berburuk sangka akan hal KPU curanglah, KPU diintervensilah, lalu melakukan hal yang anarkis, kita masih punya hukum, satu bulan lagi kita merayakan Kemerdekaan kita yang ke-69, sudah hampir 70 tahun kita merdeka masih saja mau di bodohi dengan isu-isu yang mngedepankan kepentingan kelompok tertentu bukan kepentingan Bangsa. Janganlah kita berpikir hal yang dilakukan saling serang antar sesama bangsa adalah kegiatan melawan penajajah tapi penjajah sesungguhnya melihat keadaan ini malah tertawa. Kemenangan salahsatu Capres dan Cawapres nanti adalah kemenangan Bangsa Indonesia, sedangkan Capres dan Cawapres salahsatunya belum menang itu bukan kekalahan tetapi melainkan di takdirkan untuk tidak turun ke pemerintahan melainkan menjadi kontrol terhadap Presiden yang di pilih oleh Bngsa akan program yang sudah direncanakannya.
            Tepat 9 Juli 2014 kemarin, pesta demokrasi pemilihan Capres dan Cawapres sudah dilaksanakan, pada waktu itu terjadilah lagi gesekan-gesakan politik, diantaranya adalah saling klaim pemenang pemilu mulai dari Deklarasikan kemenangan dan syukuran padahal itu hanya hasil dari Quick Count dan Real Count bukan hasil resmi keputusan Komisi Pemilhan Umum (KPU). Lalu KPU berharap agar para kandidat Capres dan Cawapres menunggu hasil KPU pada 22 Juli mendatang.
            Suasana dari 9 Juli menuju 22 Juli nampaknya sudah agak tenang, walau masih ada sedikit-sedikit bumbu provokasi yang terjadi seperti di media jejaring sosial yang menimbulkan gesekan-gesekan kecil di dunia maya. Namun ketika akan mendekati hari tanggal 22 Juli terdengar lagi bahwa aka nada isu pengerahan masa untuk menduduki KPU jika ada salah satu pihak yang merasa tidak puas akan keputusan KPU, hal ini tidak boleh terjadi, ini akan sangat melukai Pancasila dan demokrasi Negara kita yang sedang berkembang. Dengan segenap usaha pemerintah sekarang mulai sipa antisipasi akan hal tersebut, dengan menyiapkan kemananan baik dari pihak TNI dan Polri.
            Tidak begitu lama hari terasa, 22 Juli sebentar lagi, ini adalah hal yang dinanti rakyat Indonesia menanti pemimpin barunya dan harapan barunya, hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia yaitu di umumkannya oleh KPU siapa yang menjadi pemenang dalam Pemilu 9 Juli kemarin. Banyak sekali harapan dari Bangsa, yang pasti salahsatunya adalah jangan terjadinya kekisruhan dan huru-hara dari salah satu pihak pendukung Capres dan Cawapres yang tidak puas akan hasil keputusan KPU. Kalaupun ada hal yang mersa kurang puas akan keputusan KPU dari Capres dan  Cawapres tersebut bisa selesaikan lewat jalur hukum, yaitu mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK)  dengan bukti-bukti yang cukup, tanpa perlu adanya kegiatan anarkis.
            Sudah lupakanlah pemilu, Capres dan Cawapres, tidak ada lagi nomor satu atau dua kita kembali ke nomor tiga yaitu sila ke tiga Pancasila “Persatuan Indonesia.”
            Penulis yakin rakyat Indonesia sudah pintar-pintar dalam berdemokrasi dan menerima hasil demokrasi, yang jelas harus berpacu pada hukum konstitusi yang berlaku tanpa adanya kekerasan, dan ingat ini adalah bulan Ramdhan, jangan nodai Bulan yang penuh berkah ini, kita harus lebih mementingkan persatuan. tentunya Negeri ini akan indah. Senyum para Founding Father’s akan tersirat di makamnya. Ingat Sumpah Pemuda Saudara-saudara!

Tidak ada komentar: