(M.
Maulana KusumaWardhana, SH)
(Pemerhati
Sosial)
Gesekan-gesekan politik yang terjadi
sangat memprihatinkan mulai dari fitnah Black
Campaign antara salah satu calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden
(Cawapres) satu ke salahsatunya sangat bertubi-tubi pada waktu sebelum
dilaksanakannya Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu, 9 Juli kemarin. Hal ini
sangat menciderai Demokrasi. Persaingan-persaingan yang tidak sehat dan
dukungan-dukungan eufhoria yang
berlebihan akan membuat genting rasa persatuan bangsa yang telah tercipta sejak
sebelum zaman kemerdekaan. Bukankah kita berjuang untuk kemerdekaan dulu
bersama-sama?
Selanjutnya, kenapa kita mau diadu
domba akan hal yang namanya “Politik.” Berpolitiklah yang sehat yang sesuai dengan
kaedah dan cita-cita bangsa jangan utamakan kepentingan politik yang egois yang
tidak lagi memperdulikan rasa persatuan, kita samua saudara dan lahir dari rahim
yang sama yaitu “Ibu Pertiwi.” Kehidupan berdemokrasi kita memang masih sangat Premature belum terlalu dewasa. Dapat
kita lihat dari media masa yang seharusnya Independent dalam suatu pemberitaan politik
dan menjadi alat pendidikan politik bagi masyarakat, ini malah saling serang
pihak salah satu Capres dan Cawapres lewat saling menjelek-jelekan dan
konyolnya Media tersebut dibawah pendukung koalisi para Capres dan Cawapres.
Dengan menjiwai arti penting
kemerdekaan kita bisa sadar akan persatuan kita yang terjalin dalam
memeperjuangkan dan memperoleh kemerdekaan secara bersama-sama baik dari
golongan muda maupun golongan tua bersatu padu merebut Indonesia dari
cengkraman para kolonialis.
Hendaknya
kita sadar dalam kegiatan berpolitik harus mengedepankan Pancasila dan
asas-asas kebudayaan Negara kita, yang kalah harus Legowo yang menang jangan terlalu senang atau sombong, tidak perlu
berburuk sangka akan hal KPU curanglah, KPU diintervensilah, lalu melakukan hal
yang anarkis, kita masih punya hukum, satu bulan lagi kita merayakan
Kemerdekaan kita yang ke-69, sudah hampir 70 tahun kita merdeka masih saja mau
di bodohi dengan isu-isu yang mngedepankan kepentingan kelompok tertentu bukan
kepentingan Bangsa. Janganlah kita berpikir hal yang dilakukan saling serang
antar sesama bangsa adalah kegiatan melawan penajajah tapi penjajah
sesungguhnya melihat keadaan ini malah tertawa. Kemenangan salahsatu Capres dan
Cawapres nanti adalah kemenangan Bangsa Indonesia, sedangkan Capres dan
Cawapres salahsatunya belum menang itu bukan kekalahan tetapi melainkan di
takdirkan untuk tidak turun ke pemerintahan melainkan menjadi kontrol terhadap
Presiden yang di pilih oleh Bngsa akan program yang sudah direncanakannya.
Tepat 9 Juli 2014 kemarin, pesta
demokrasi pemilihan Capres dan Cawapres sudah dilaksanakan, pada waktu itu
terjadilah lagi gesekan-gesakan politik, diantaranya adalah saling klaim
pemenang pemilu mulai dari Deklarasikan kemenangan dan syukuran padahal itu
hanya hasil dari Quick Count dan Real Count bukan hasil resmi keputusan
Komisi Pemilhan Umum (KPU). Lalu KPU berharap agar para kandidat Capres dan
Cawapres menunggu hasil KPU pada 22 Juli mendatang.
Suasana dari 9 Juli menuju 22 Juli
nampaknya sudah agak tenang, walau masih ada sedikit-sedikit bumbu provokasi
yang terjadi seperti di media jejaring sosial yang menimbulkan gesekan-gesekan kecil
di dunia maya. Namun ketika akan mendekati hari tanggal 22 Juli terdengar lagi
bahwa aka nada isu pengerahan masa untuk menduduki KPU jika ada salah satu
pihak yang merasa tidak puas akan keputusan KPU, hal ini tidak boleh terjadi, ini
akan sangat melukai Pancasila dan demokrasi Negara kita yang sedang berkembang.
Dengan segenap usaha pemerintah sekarang mulai sipa antisipasi akan hal
tersebut, dengan menyiapkan kemananan baik dari pihak TNI dan Polri.
Tidak begitu lama hari terasa, 22
Juli sebentar lagi, ini adalah hal yang dinanti rakyat Indonesia menanti
pemimpin barunya dan harapan barunya, hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia
yaitu di umumkannya oleh KPU siapa yang menjadi pemenang dalam Pemilu 9 Juli
kemarin. Banyak sekali harapan dari Bangsa, yang pasti salahsatunya adalah
jangan terjadinya kekisruhan dan huru-hara dari salah satu pihak pendukung
Capres dan Cawapres yang tidak puas akan hasil keputusan KPU. Kalaupun ada hal
yang mersa kurang puas akan keputusan KPU dari Capres dan Cawapres tersebut bisa selesaikan lewat jalur
hukum, yaitu mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan bukti-bukti yang cukup, tanpa perlu
adanya kegiatan anarkis.
Sudah lupakanlah pemilu, Capres dan
Cawapres, tidak ada lagi nomor satu atau dua kita kembali ke nomor tiga yaitu
sila ke tiga Pancasila “Persatuan Indonesia.”
Penulis yakin rakyat Indonesia sudah
pintar-pintar dalam berdemokrasi dan menerima hasil demokrasi, yang jelas harus
berpacu pada hukum konstitusi yang berlaku tanpa adanya kekerasan, dan ingat
ini adalah bulan Ramdhan, jangan nodai Bulan yang penuh berkah ini, kita harus
lebih mementingkan persatuan. tentunya Negeri ini akan indah. Senyum para Founding Father’s akan tersirat di
makamnya. Ingat Sumpah Pemuda Saudara-saudara!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar