Akibat
dari Situasi Politik yang Carut Marut
(Oleh: Muhammad Maulana
Ksw)
(Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang)
Bisa
dikatakanlah persaingan politik kita ini dalam keadaan carut marut, bagaimana
bisa saya mengatakan begitu? Lihat sajalah para poltisi ataupun calon
politisinya yang bersaing bukan menggunakan akal intelektual melainkan
serangan-serangan dari pikiran buruk sampi fitnah yang sangat mengancam
kstabilitasan persatuan bangsa.
Pembunuhan karakter para lawan politik di
lancarkan, politik uang bermain, rakyat hanya bengong kebingungan melihat
situasi politik yang tidak karuan ini. Lembaga Negara yang benar-benar ingin
menjadi lembaga Negara yang berjuang menegakan hukum atas nama rakyat dibilang
bersekongkol, bersandiwara tanpa tahu tujuan hal tersebut benar atau tidak. Ada
sebuah istilah “Politik memang Kejam” hal tersebut adalah tepat bila di
gambarkan di negeri kita, dimana saat permainan dan persaingan politik yang
busuk yang di lancarkan mengakibatkan pandangan terhadap tokoh-tokoh politik
yang benar-benar ingin berjuang di jalur untuk rakyat menjadi tidak di percaya
rakyat.
Pidato-pidato
para calon politisi yang pasti ada kata “Untuk mensejahterakan Rakyat”, hah..
sebuah kata yang basi, sebuah kata yang busuk itulah akibat kecil dari refleksi
politik yang carut marut, dengan kata-kata yang membumbung tinggi janjinya
menembus langit ketujuh tapi implementasinya? Bodong! Nyaris sabuah pergambaran
polotik di negeri ini membingungkan dan tak tahu arahnya akan berujung kemana
beda dengan zaman Bapak pendiri bangsa kita dulu diman politik digunakan
benar-benar untuk kepentingan rakyat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
karena benar-benar menggunakan akal intelektualnya, sekarang Pancasila di
jadiakan symbol dan semboyan yang tak nyata, UUD 1945 hanya dongeng yang harus
di ubah sedikit demi kepentingan politik yang ngawur lalu di wariskan ke
anak-cucu.
“Cari
muka” sebuah kata yang tepat untuk para politisi da calon-calon politisi disaat
pemilu akan segara dimulai, mulai juga bola-bola panas strategi mencari muka
didapan mata rakyat dilancarkan, taktik dan straegi jitu menyatu, siapa yang
kaya dan dermawan akan menang, siapa yang miskin dan intelektual akan
terkungkung dalam keadaan yang eplik hingga tidak mampu menyuarakannya di
segala kesempatan yang kecil.
Akibat
dari politik yang ngawur ini banyak hal yang ditimbulkan menuju kehancuran
negeri mulai dari retaknya rasa persatuan bangsa kareana akibat perbedaan
politik anatar kandidat yang satu dan kandidat yang lainnya buktinya ada
sengekta pemilukada yang berunung anarkis, kestabialn ekonomi yang tidak menetu
malah menuju keterpurukan, menajdikan bangsa yang bodoh akibat politik uang. Bercermin pada proses pergerakan negara ini sebelum
kemerdekaan, para pemimpin pada saat itu tidak saling mengungkapkan dosa-dosa
pemimpin yang lain. Namun yang mereka lakukan adalah bergandengan tangan dalam
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Semangat kebersamaan yang tercermin dalam
kepemimpinan mereka pada saat itu sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan
para pemimpin dan tokoh politik kita saat ini yang merengkuh gelar
intelektualnya dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di negeri ini dan
bahkan dari beberapa negara maju di dunia.
Belum lagi hasil dari carut marut
politik tersebut adalah kebohongan public yang membodohi rakyat seperti janji
yang tidak terealisasikan, saling klaim antar partai partai yang benar-benar
anti korupsi, partai yang benar-beanr mensukseskan pembangunan, parata yang
benar megklaim anti korupsi itu memang banyak para naggotanya yang tidak
terlibat korupsi apakah meraka benar-benar anti korupsi? Ataukah tidak ada
proyek untuk jadi koruptor, kalupun ada apa benar tidak tergoda? Inilah suara
rakyat yang tidak percaya lagi akibat suatu tindakan dan kebusukan para
politisi koruptor yang membuat hialng kepercayaan rakyat kepada para
calon-calon politis laonnya baik politisi yang sudah duduk di parlemen.
Carut marut politik negeri yang
ngawur ini akan bisa teratasi jika adanya kesadaran dari pemikir-pemikir yang
mengatas namakan pemikir intelektual dan calaon-calon poitisi yang memang benar
untuk berjuang demi Bangsa, mewujudkan Pancasila dan UUD 1945, bukan demi
kepentingan Individu yang berujung pada kesenangan hedonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar